Kamis, 11 April 2013

DIABOLISME INTELEKTUAL


Ditengah kemajuan zaman yang begitu menghentak dan mengagetkan dengan segala pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi yang spektakuler. Pengetahuan pengetahuan baru ditemukan oleh kaum intelektual, ilmu ilmu baru terungkap,teknologi teranyar dengan segala inovasinya terkuak.kita disuguhkan dengan kehidupan serba instan segala segala sesuatu mudah didapatkan.hal ini berdampak pada pola hidup konsumerisme dan hedonisme.prilaku korup dan Amoral para pemimpin bangsa,kita sudah akrab dengan kasus korupsi, pemerkosaan , pembunuhan, dan pembodohan pembodohan lainya yang dilakukan oleh kaum intelektual dengan dalih HAM dan Kebebasan Berekspresi.

siapakah actor utama dari fenomena-fenomena itu?
Mereka adalah kaum intelektual yang melakukan pembodohan pembodohan dengan dalih HAM dan Kebebasan Berekspresi.,mereka adalah kaum kapitalis yang telah meninabobokan masyarakat. mereka adalah pemimpin bangsa yang melakukan kesewenangwenangn dengan kedok kepentingan rakyat.

Dalam buku orientalis & diabolisme pemikiran karangan Dr. Syamsudin Arif menjelaskan bahwa Diabolos dalam bahasa kuno Artinya “IBLIS” .maka istilah “DIABOLISME” dapat berarti pemikiran, watak dan prilaku ala iblis ataupun pengabdian kepadanya.apakah iblis atheis?TIDAK. apakah iblis Agnostik?TIDAK.iblis tidak ingkar keberadaan tuhan, iblis bukan tidak kenal tuhan ia percaya seratus persen.lantas kenapa ia dilaknat?Kenal dan tahu saja tidak cukup, pernyataan pengetahuan harus diisertai dengan kepatuhan dan ketundukan. Iblis adalah prototipe “intelektual ngawur/intelektual keblinger” , ia bertekad menghasut manusia untuk lupa akhiratnya, tergila gila dunia, hobi berbuat dosa dan ragu dalam soal agama.

Bila kita tarik benang adakah kesamaan antara gaya iblis dengan gaya kaum intelektual yang melakukan pembodohan pembodohan atau kaum kapitalis dan pemimpin bangsa yang sewenang wenang itu?

apakah yang kaum intelektual itu tidak tahu tuhan?apakah kaum kapitalis itu yakinakan kebenaran?apakah pemimpin bangsa kita ini tidak beriman?tentu saja tidak.mereka adalah wujud diabolisme intelektual 

bila kita tarik persamaan akan memunculkan persamaan antara keduanya yakni :
1. Sama sama mengaburkan dan menyembunyikan kebenaran . intelektual diabolik (berwatak iblis) bukan tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah namun sengaja memutarbalikan fakta. Yang bathil dipoles sedemikian rupa sehingga Nampak seolah olah HAq dan yang haq di iris dan dipreteli sehingga kelihatan seperti bathil.
2. Sama sama takabur, merasa diri paling bisa, paling jago, paling unggul sehingga meremehkan orang lain , membodoh bodohi orang lain demi kepentingannya.

Sayangnya kaum-kaum itu bukan hanya kaum yahudi, mereka yang zahirnya muslimpun tidak ketinggalan mempropagandakan kebusukan kebusukan dengan pemikiran liar dengan mengatasnamakan HAM, kebebasan berekspresi, demokrasi dan pembaharuan.

Sungguh miris ketika modernisasi dan globalisasi bergema , kelicikan kelicikan yang dilakoni oleh mereka yang berbasis intelektual pun semakin merajalela tentu dengan kedok yang semakin variatif.

Lantas dengan melihat fenomena itu kita lantas diam?membisu?pura pura tak tahu?oh ...ataukah menikmatinya?

Perlu diketahui Perubahan Perubahan besar selalu berawal dari perubahan paradigm.oleh karenanya jika kuntowijoyo mengatakan jadikanlah al-qur’an sebagai paradigma yang akan memunculkan persamaan niat, kaifiyat(cara) dan ghayat (tujuan).maka spirit yang mesti diusung adalah “Back to Al-Qur’an”.al-qur’an adalah pedoman hidup universal, pedoman sains yang tak terbantahkan.Al-Qur’an adalah mukjizat.

Oleh karenanya ikhtiar diskala mikro untuk menjawab problematika-prpblematika diatas adalah peningkatan kualitas diri kita sebagai mahasiswa demi terbentuknya insan yang progressif,progressifitas yang diharapkan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin perubahan (direct of change) yang dapat membantu dalam menjawab problematika keumatan dengan ilmu dan adab.wallahu ‘alam bis shawab

Perjuanganku mudah karena melawan penjajah, perjuangan kalian akan berat karena melawan bangsamu sendiri. Soekarno
Oleh : Fahrurroji Firman Al-fajar  (ketua Umum korkom IMM STAIDA)