Strategi
Pembelajaran
Sementara
itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam
Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.
Metode
Pembelajaran
Strategi
pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a
way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan
untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Teknik
Pembelajaran
Selanjutnya
metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan
demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama.
Sementara
taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau
teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua
orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda
dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak
diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,
sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak
menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang
itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari
masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian
dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah
ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Model
Pembelajaran
Apabila
antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Berkenaan
dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran,
yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Untuk lebih
jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar
istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan
prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih
menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu
setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan
pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau
jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan
sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan
unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang
akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah
konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai
dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan
uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang
guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Mencermati
upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru
atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model
pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian
akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber
literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep
atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan
teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun
dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri
yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga
pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang
bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang
telah ada.
Macam-Macam Metode Pembelajaran
Macam-Macam Metode Pembelajaran
Metodolgi mengajar adalah ilmu yang
mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan
dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai
sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui,
mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Beberapa metode mengajar
- Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang
pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah
dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur
atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a.
Membuat siswa
pasif
b.
Mengandung unsur
paksaan kepada siswa
c.
Mengandung daya kritis
siswa ( Daradjat, 1985)
d.
Anak didik yang
lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih
tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e.
Sukar mengontrol
sejauhmana pemerolehan belajar anak didik.
f.
Kegiatan
pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
g.
Bila terlalu lama
membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a.
Guru mudah
menguasai kelas.
b.
Guru mudah
menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c.
Dapat diikuti
anak didik dalam jumlah besar.
d.
Mudah
dilaksanakan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
- Metode diskusi ( Discussion method )
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan bahwa metode
diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan
masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi
kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized recitation
).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar
mengajar untuk :
a.
Mendorong siswa
berpikir kritis.
b.
Mendorong siswa
mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
c.
Mendorong siswa
menyumbangkan buah pikirnya untuk memcahkan masalah bersama.
d.
Mengambil satu
alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah
berdsarkan pertimbangan yang seksama.
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a.
Menyadarkan anak
didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan
b.
Menyadarkan ank
didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.
c.
Membiasakan anak
didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi. (Syaiful Bahri Djamarah,
2000)
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
a.
tidak dapat
dipakai dalam kelompok yang besar.
b.
Peserta diskusi
mendapat informasi yang terbatas.
c.
Dapat dikuasai
oleh orang-orang yang suka berbicara.
d.
Biasanya orang
menghendaki pendekatan yang lebih formal (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
- Metode demontrasi ( Demonstration method )
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan,
baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan
dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Muhibbin Syah (
2000).
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan
bahan pelajaran. Syaiful Bahri Djamarah, ( 2000).
Manfaat psikologis pedagogis dari metode demonstrasi adalah
:
a.
Perhatian siswa
dapat lebih dipusatkan .
Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa (Daradjat, 1985)
Kelebihan metode demonstrasi sebagai berikut :
a.
Membantu anak
didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atu kerja suatu benda.
b.
Memudahkan berbagai
jenis penjelasan .
c.
Kesalahan-kesalahan
yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh
konkret, drngan menghadirkan obyek sebenarnya (Syaiful Bahri Djamarah,
2000).
Kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut :
a.
Anak didik
terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan.
b.
Tidak semua benda
dapat didemonstrasikan
c.
ukar dimengerti
bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan
(Syaiful Bahri Djamarah, 2000).
- Metode ceramah plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang
menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode
lainnya.Dalam hal ini penulis akan menguraikan tiga macam metode ceramah plus
yaitu :
a.
Metode ceramah
plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara
ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.
Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib,
yaitu :
1) Penyampaian materi oleh guru.
2) Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa
3) Pemberian tugas kepada siswa.
b.
Metode ceramah plus
diskusi dan tugas (CPDT) Metode ini dilakukan secara tertib sesuai dengan
urutan pengkombinasiannya, yaitu pertama guru menguraikan materi pelajaran,
kemudian mengadakan diskusi, dan akhirnya memberi tugas.
c.
Metode ceramah
plus demonstrasi dan latihan (CPDL) Metode ini dalah merupakan kombinasi
antara kegiatan menguraikan materi pelajaran dengan kegiatan memperagakan dan
latihan (drill)
- Metode resitasi ( Recitation method )
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana
siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri (http://re-searchengines.com/art05-65.html).
Kelebihan metode resitasi sebagai berikut :
a.
Pengetahuan yang
anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.
Anak didik
berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif,
bertanggung jawab dan berdiri sendiri (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Kelemahan metode resitasi sebagai berikut :
a.
Terkadang anak
didik melakukan penipuan dimana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan
temennya tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.
Terkadang tugas
dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c.
Sukar memberikan
tugas yang memenuhi perbedaan individual (Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
- Metode percobaan ( Experimental method )
Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan
kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu
proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000) Metode percobaan
adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari
satu kali. Misalnya di Laboratorium.
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :
a.
Metode ini dapat
membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b.
Anak didik dapat
mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang
ilmu dan teknologi.
c.
Dengan metode ini
akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan
penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup manusia.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
a.
Tidak cukupnya
alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan
ekperimen.
b.
Jika eksperimen
memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan
pelajaran.
c.
Metode ini lebih
sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih
dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran
dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan
efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen
setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi
percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan
siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak
membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus
baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam
mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga
mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa
dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi
petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman
serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh
guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan,
seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan
manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga
masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah :
(a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan
kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam
eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen,
hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus
mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang
menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru
harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan
mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara
penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri
sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode
eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses
sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari
kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan
dari proses yang dialaminya itu.
Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut :
Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih
percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam
membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil
percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan
yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
Kekurangan metode eksperimen :
(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains
dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut
ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu
memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang
berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian
Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng
(2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains,
karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat
mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi
kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya,
selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan
keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan
untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya.
Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat
diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan
mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan
fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap
pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai
dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.
Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng
(2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal,
pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau
dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan,
merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk
mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan
hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan
untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan
dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan
dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi
konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan
dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah
dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
enerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan
membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila
siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam
kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan,
menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok
bahasan .
Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah
metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam
prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah
- Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang
dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan
dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh
pendidik, yang kemudian dibukukan.
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang
memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
b. Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
c. Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas
anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang
matang.
c. Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi
prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap
gerak-gerik anak didik di lapangan.
e. Biayanya cukup mahal.
f.
Memerlukan
tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan
anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.
Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu
diajak ke luar sekolah, untuk meninjautempat tertentu atau obyek yang lain.
Menurut Roestiyah (2001:85) , karya wisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk
belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu
dikatakan teknik karya wisata, ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan
mengajak siswa ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu
bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya.
Menurut Roestiyah (2001:85) ,teknik karya wisata ini
digunakan karena memiliki tujuan sebagai berikut: Dengan melaksanakan karya
wisata diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang
dilihatnya, dapat turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat
bertanya jawab mungkin dengan jalan demikian mereka mampu memecahkan persoalan
yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Juga mereka bisa
melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya
dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia bisa mempelajari
beberapa mata pelajaran.
Agar penggunaan teknik karya wisata dapat efektif, maka
pelaksanaannya perlu memeperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: (a)
Persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas,
mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan
dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang masak,
membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, pembagian siswa dalam kelompok,
serta mengirim utusan, (b) Pelaksanaan karya wisata, dimana pemimpin rombongan
mengatur segalanya dibantu petugas-petugas lainnya, memenuhi tata tertib yang
telah ditentukan bersama, mengawasi petugas-petugas pada setiap seksi, demikian
pula tugas-tugas kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi
petunjuk bila perlu, (c) Akhir karya wisata, pada waktu itu siswa mengadakan
diskusi mengenai segala hal hasil karya wisata, menyusun laporan atau paper
yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan karya
wisata seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat
lain dan sebagainya.
Karena itulah teknik karya wisata dapat disimpulkan
memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisispasi dalam
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek karya wisata itu,
serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak
mungkin diperoleh disekolah, sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan
bakat khusus atau ketrampilan mereka, (b) Siswa dapat melihat berbagai kegiatan
para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara
langsung yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka, (c) dalam
kesempatan ini siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang
pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi, sehingga mungkin
mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam
praktek, (d) Dengan obyek yang ditinjau itu siswa dapat memperoleh
bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak
terpisah-pisah dan terpadu.
Penggunaan teknik karya wisata ini masih juga ada
keterbatasan yang perlu diperhatikan atau diatasi agar pelaksanaan teknik ini
dapat berhasil guna dan berdaya guna, ialah sebagai berikut: Karya wisata
biasanya dilakukan di luar sekolah, sehingga mungkin jarak tempat itu sangat
jauh di luar sekolah, maka perlu mempergunakan transportasi, dan hal itu pasti
memerlukan biaya yang besar. Juga pasti menggunakan waktu yang lebih panjang
daripada jam sekolah, maka jangan sampai mengganggu kelancaran rencana
pelajaran yang lain. Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh
siswa maka perlu bantuan dari sekolah. Bila tempatnya jauh, maka guru perlu
memikirkan segi keamanan, kemampuan pihak siswa untuk menempuh jarak tersebut,
perlu dijelaskan adanya aturan yang berlaku khusus di proyek ataupun hal-hal
yang berbahaya.
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya
wisata (field-trip) memiliki keuntungan: (a) Memberikan informasi teknis,
kepada peserta secara langsung, (b) Memberikan kesempatan untuk melihat
kegiatan dan praktik dalam kenyataan atau pelaksanaan yang sebenarnya, (c)
Memberikan kesempatan untuk lebih menghayati apa yang dipelajari sehingga lebih
berhasil, (d) membei kesempatan kepada peserta untuk melihat dimana peserta
ditunjukkan kepada perkembangan teknologi mutakhir.
Sedangkan kekurangan metode Field Trip menurut
Suhardjono (2004:85) adalah: (a) Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh
dari pusat latihan, (b) Kadang-kadang sulit untuk mendapat ijin dari pimpinan
kerja atau kantor yang akan dikunjungi, (c) Biaya transportasi dan akomodasi
mahal.
Menurut Djamarah (2002:105), pada saat belajar mengajar
siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek
yang lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam
pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan teknik karya
wisata, yang merupakan cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke
suatu tempat atau obyek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau
menyelidiki sesuatu seperti meninjau pegadaian. Banyak istilah yang
dipergunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour,
dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang
dalam waktu beberapa hari atau waktu panjang.
Metode karya wisata mempunyai beberapa kelebihan yaitu:
(a) Karya wisata memiliki prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran, (b) Membuat apa yang dipelajari di sekolah
lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan di masyarakat, (c) Pengajaran
serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa, (d) Informasi sebagai
bahan pelajaran lebih luas dan aktual.
Kekurangan metode karya wisata adalah: (a) Fasilitas
yang diperlukan dan biaya yang diperlukan sulit untuk disediakan oleh siswa
atau sekolah, (b) Sangat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, (c)
memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi
tumpang tindih waktu dan kegiatan selama karya wisata, (d) dalam karya wisata
sering unsure rekreasi menjadi lebih prioritas daripada tujuan utama, sedang
unsure studinya menjadi terabaikan, (e) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam
perjalanan dan mengarahkan mereka kepada kegiatan studi yang menjadi
permasalahan.
Metode field trip atau karya wisata menurut Mulyasa
(2005:112) merupakan suatu perjalanan atau pesiar yang dilakukan oleh peserta
didik untuk memperoleh pengalaman belajar, terutama pengalaman langsung dan
merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah. Meskipun karya wisata
memiliki banyak hal yang bersifat non akademis, tujuan umum pendidikan dapat
segera dicapai, terutama berkaitan dengan pengembangan wawasan pengalaman
tentang dunia luar.
Sebelum karya wisata digunakan dan dikembangkan sebagai
metode pembelajaran, hal-hal yang perlu diperhatikan menurut Mulyasa (2005:112)
adalah: (a) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar mengajar,
(b) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program sekolah, (c)
Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis, (d)
Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-sumber belajar
dalam karyawisata menunjang dan sesuai dengan tuntutan kurikulum, jika ya,
karya wisata dapat dilaksanakan, (e) membuat dan mengembangkan program karya
wisata secara logis, dan sistematis, (f) Melaksanakan karya wisata sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,
materi pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif. (g)
Menganalisis apakah tujuan karya wisata telah tercapai atau tidak, apakah
terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan, memberikan surat ucapan
terima kasih kepada mereka yang telah membantu, membuat laporan karyawisata dan
catatan untuk bahan karya wisata yang akan datang.
- Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar
, dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana
cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa
manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari
mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti
menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam
perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan
sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan
kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut
:
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak
didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari
pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada
lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara
berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
- Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar
dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.
Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,
setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap
siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
- Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching method )
Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode
mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri
- Metode pemecahan masalah ( Problem solving method )
Metode ini adalah suatu metode mengajar yang mana
siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya.
- Metode perancangan ( projeck method )
yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus
merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
Kelebihan metode perancangan sebagai berikut :
a. Dapat merombak pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi
lebih luas dan menyuluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan.
b. Melalui metode ini, anak didik dibina dengan membiasakan
menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan
praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Kekurangan metode perancangan sebagai berikut :
a. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik
secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan metode
ini.
b. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan
metode ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru
belum disiapkan untuk ini.
c. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai
kebutuhan anak didik, cukup fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang
diperlukan.
d. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat
mengaburkan pokok unit yang dibahas.
- Metode Bagian ( Teileren method )
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan
sebagian-sebagian, misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat
lainnya yang tentu saja berkaitan dengan masalahnya.
Metode Global (Ganze method )
yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca
keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil
intisari dari materi tersebut.
- Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak
digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu
disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri,
menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam
ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan
sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau
ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak
belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya
sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis
dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan
ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian diharapkan metode discovery ini lebih
dikenal dan digunakan di dalam berbagai kesempatan proses belajar mengajar yang
memungkinkan.
Metode Discovery menurut Suryosubroto (2002:192)
diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran
perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada
generalisasi.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek
pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,
beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi
yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk
mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi
siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar
guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara
tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975)
bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep
atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan, dan sebagainya.
Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut
Suryosubroto (2002:197) yang mengutip pendapat Gilstrap (1975) adalah: (a)
Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk
menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b)
Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip,
generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai,
(c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus
bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan
siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi
yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa
tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g)
Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h)
memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan
data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah
orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa
mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga
memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan
pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k)
memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila
ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin
analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan
pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan
ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan
siswa, misalnya latihan penyelidikan, (n) Merangsang interaksi siswa dengan
siswa, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan
data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan
tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa,
pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi
membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat
pernyataannya dengan alas an dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat
dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya
atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang
mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis
atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi
pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan,
(t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya
teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas
menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang
dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa,
(b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan
generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta
tugas-tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan
masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang
diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan
dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan
penemuan, (h) Membantu siswa dengan informasi, data, jika diperlukan oleh
siswa, (i) memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan
siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l)
Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil
penemuannya.
Metode discovery memiliki kebaikan-kebaikan seperti
diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa
mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan
proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan
terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan,
jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari
strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan
yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer,
(c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan
jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang
kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju
sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa
mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan
bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan
khusus, (f) Metode discovery dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan
bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
Dapat memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan, (g)
Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan
guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawaban nya
belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju
skeptisssisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Kelemahan metode discovery Suryosubroto (2002:2001) adalah:
(a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini.
Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan
pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling
ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya
menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai
mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang
lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya
sebagian besar waktu dapat hilang karena membantu seorang siswa menemukan
teori-teori, atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. (c)
Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa
yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d)
Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan
memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan
ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh
pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e)
dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin
tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk
berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah
diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah
pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh
arti.
Metode Discovery menurut Rohani (2004:39) adalah metode
yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di
samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk
berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu
stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa
terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru
hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang
demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan
sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada lima tahap yang harus ditempuh dalam metode
discovery menurut Rohani(2004:39) yaitu: (a) Perumusan masalah untuk dipecahkan
peserta didik, (b) Penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (c)
Peserta didik mencari informasi , data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab
atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (d) Menarik kesimpulan dari
jawaban atau generalisasi, (e) Aplikasi kesimpulan atau generalisasidalam
situasi baru.
Metode Discovery menurut Roestiyah (2001:20) adalah
metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode discovery adalah proses
mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses
mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Pada metode discovery, situasi belajar mengajar
berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student
dominated learning. Dengan pembelajaran menggunakan metode discovery, maka cara
mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat
dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat
belajar sendiri.
Penggunaan metode discovery ini guru berusaha untuk
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode
discovery menurut Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a)
Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan,
serta panguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa, (b) Siswa
memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi / individual sehingga dapat
kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat
meningkatkan kegairahan belajar para siswa.
Metode discovery menurut Mulyasa (2005:110) merupakan
metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan
metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Cara mengajar dengan metode discovery menurut Mulyasa
(2005:110) menempuh langkah-langkah sebagai berikut: (a) Adanya masalah yang
akan dipecahkan, (b) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik,
(c) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui
kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas, (d) harus
tersedia alat dan bahan yang diperlukan, (e) Sususnan kelas diatur sedemian
rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar, (f) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengumpulkan data, (g) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat
dengan data serta informasi yang diperlukan peserta didik.
- Metode Inquiry
Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring
peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry
menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa ,
2003:234).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta
didik, namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain
pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan
kegiatan. Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan,
memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban
memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan
menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang
telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode ini
melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik
memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif,
analitis , dan kritis.
Langkah-langkah dalam proses inquiry adalah menyadarkan
keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik
kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang
didukung oleh bukti-bukti. Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk
menganalisis data yang baru (Mulyasa, 2005:235).
Strategi pelaksanaan inquiry adalah: (1) Guru memberikan
penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan. (2)
Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan, yang
jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa. (3)
Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin
membingungkan peserta didik. (4) Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang
telah dipelajari sebelumnya. (5) Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai
kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2005:236).
Metode inquiry menurut Roestiyah (2001:75) merupakan
suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru untuk mengajar di depan kelas,
dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang
harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari, meneliti, atau membahas tugasnya
di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka di dalam kelompok didiskusikan,
kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik. Akhirnya hasil laporan
dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara luas. Dari sidang
pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan
kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan,
hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa
terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan
masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam
kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan
merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat,
menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry mengandung proses mental
yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan masalah, merencanakan
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, menarik
kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan sikap obyektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang
disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa
sedang melakukan inquiry.
Teknik inquiry ini memiliki keunggulan yaitu : (a) Dapat
membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa, sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik. (b) Membantu dalam
menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. (c)
mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat
jujur, obyektif, dan terbuka. (d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan
merumuskan hipotesanya sendiri. (e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
(f) Situasi pembelajaran lebih menggairahkan. (g) Dapat mengembangkan bakat
atau kecakapan individu. (h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. (i)
Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional. (j) Dapat memberikan waktu
kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi.
Metode inquiry menurut Suryosubroto (2002:192) adalah
perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Artinya proses inqury
mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya
merumuskan problema, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan
dan menganalisa data, menarik kesimpulan, dan sebagainya.
clear and simple explanation, saya suka trimakasih ya..^^
BalasHapusmas.. referensi atau daftar pustakanya dunk.. mohon ya
BalasHapus